Translate

Tuesday, October 30, 2012

(Pertanian Ramah Lingkungan), PR baru bagi Mahasiswa



Pertanian ramah lingkungan sekarang memang telah menjadi topik yang sering kali digaungkan oleh para peneliti dan mahasiswa. Bahkan, tidak sedikit Mahasiswa kita yang “menyalahkan” petani yang (menurut mareka) tidak ramah.
Sikap Mahasiswa seperti ini tentu tidak sepenuhnya salah...
tapi tidak juga sepenuhnya benar.!
Sekedar berbagi pengalaman Baksos Idul Adha di Lamongan pada tanggal 25-26 kemarin,
ada beberapa keluhan petani ketika mahasiswa Agroteknologi  manyarankan untuk tidak membakar jerami& menggunakan pupuk organik, antara lain:

-    - Mereka hawatir jika jerami tidak dibakar, sisa hama dan penyakit sebelumnya malah justru menyerang tanaman yang mereka tanam.

-        - Jika menggunakan pupuk dari kotoran sapi, gulma yang tumbuh akan lebih cepat& rapat sehingga menambah tenaga dan biaya untuk penyiangan.

-      -  Serta jika menggunakan pupuk dari kotoran unggas, akan menimbulkan efek gatal di kaki, sehingga buruh tani banyak yang “sambat” dan enggan diajak bekerja disawah mereka.

Kalau kita mencermati pertimbangan petani tersebut, tentu ada  PR besar yang harus dikerjakan oleh Mahasiswa Agroteknologi. Bagaimana pertanian masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi dan dicarikan solusinya.
Mudah-mudahan PR ini dapat dijabarkan dalam bentuk Karya Tulis dan Bisa diikutsertakan dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) atau Diikutkan dalam LOKTIMANAS (lomba karya tulis Mahasiswa Nasional) yang sebentar lagi diadakan oleh FKK-HIMAGRI
Selamat Berusaha..!!!
BRAVO HIMAGROTEK..!!!
PERTANIAN JAYAlah...!!!

Wednesday, October 17, 2012

SAVE local FARMER di Hari Pangan Sedunia


Indonesia merupakan negara agraris, kaya akan keanekaragaman hayati yang mampu mendukung pemenuhan kebutuhan pangan. Indonesia memiliki 77 komoditas sumber karbohidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 75 jenis sumber lemak. Namun ditangah kekayaan hayati yang melimpah, Indonesia masih harung mengimpor bahan pangan. Sepanjang tahun 2012 ini saja impor beras sudah mencapai 1,95 juta ton, jagung sebanyak 2 juta ton, kedelai 1,9 juta ton. Tentu sangat ironis, Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris masih mengandalkan impor dalam hal pemenuhan pangan.
Laporan FAO pada 2010 menyebutkan bahwa hampir 90% bencana kelaparan dunia berlangsung di Asia Pasifik dan Afrika. Walaupun Afrika mendapat perhatian khusus, bukan berarti Indonesia bebas dari ancaman krisis pangan. Tingginya jumlah penduduk, melemahnya pertanian nasional, mahalnya harga pangan, dan ketergantungan impor pangan yang besar berpotensi menjadi bom waktu. Masih segar dalam ingatan kita, ketika kelompok pengusaha tahu dan tempe melakukan aksi mogok produksi akibat melonjaknya harga bahan baku.
Tantangan disektor pertanian, terutama dalam hal pangan tentu akan semakin bertambah seiring dengan perkembangan zaman. Selain karena pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, alih fungsi lahan menjadi pemukiman, industri, dan komoditas non-pangan tentu akan semakin berimbas pada ketersediaan pangan.
Tingginya kebutuhan pangan di negara kita seharusnya masih bisa diimbangi dengan dengan diversifikasi pangan, yakni dengan mengkonsumsi singkong, sagu, ubi, dan beragam pangan lokal lainnya sebagai sumber karbohidrat.
Peringatan Hari Pangan Sedunia yang jatuk pada tanggal 16 Oktober seharusnya dapat dijadikan sebagai Momentum  pembulatan tekad, berperan aktif dan tanggap mengatasi masalah kedaulatan pangan. Kita semua sadar bahwa mewujudkan kedaulatan pangan tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun dengan tekad serta kerjasama dan partisipasi semua pihak, kedaulatan pangan bukanlah sesuatu yang mustahil dicapai.