Tanaman porang (amorphopallus oncophillus) merupakan tanaman yang hidup di hutan tropis. Tanaman yang bisa juga ditanam di dataran rendah tersebut mudah hidup di antara tegakan pohon hutan seperti misalnya Jati dan Pohon Sono. Porang di daerah Jawa dikenal dengan nama iles-iles atau suweg. Termasuk tumbuhan semak (herba) yang memiliki tinggi 100 – 150 cm dengan umbi yang berada di dalam tanah.
Batang tegak, lunak, batang halus berwarna hijau atau hitam belang-belang (totol-totol) putih.Batang tunggal memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun. Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bintil atau katak berwarna coklat kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan tanaman porang. Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat tergantung umur dan kesuburan tanah. Umbi inilah yang akan dipungut hasilnya karena memiliki zat glucomanan.
Tanaman tersebut kini mempunyai prospek yang menjanjikan karena memiliki nilai ekonomi yang bisa dibudidayakan. Selain itu, porang banyak sekali dibutuhkan terutama untuk industri dan kesehatan, hal ini terutama karena kandungan zat glucomanan yang ada di dalamnya. Beberapa manfaat umbi porang yang lainnya antara lain:
- Bahan lem
- Jeli
- Mie
- Tahu
- Felem
- Perekat tablet
- Pembungkus kapsul
- Penguat kertas
Umbi tanaman porang yang siap diolah menjadi tepung |
Karena banyaknya manfaat yang dikandung, kini Perhutani selaku pengelola hutan bekerjasama dengan para petani desa di sekitar hutan untuk mengembangkan sela-sela tegakan pohon jati yang ditujukan untuk kebon porang.
Di Jawa pengembangan porang telah dimulai di Jawa Timur seperti di Madiun, Nganjuk, Jember, Kediri, Ngawi dll. Melihat potensi luasnya hutan jati di Kabupaten Blora membuat Menteri BUMN Dahlan Iskan tertarik mengajak Perhutani memperluas lahan pengembangbiakan porang di Blora. Hal ini disambut baik Perhutani dan warga petani di Blora.
Untuk menindaklanjuti ide tersebut, Perhutani menyediakan lahan 1200 hektar di Blora. Yang terbagi dalam 4 wilayah KPH yakni di KPH Randublatung sudah siap 520 hektar, KPH Cepu 480 hektar, KPH Blora 150 hektar, dan KPH Mantingan 50 hektar. Hal ini dilakukan bertahap hingga sekitar 3000 hektar. Nantinya tahun depan Perhutani juga akan membangun Pabrik Pengolahan Porang menjadi tepung porang di Blora
Pabrik tersebut nantinya bisa menampung 30 ribu ton porang setiap tahunnya. Dengan adanya pabrik di Blora nantinya bisa mengangkat kehidupan masyarakat, termasuk petani yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
Menurutnya, porang baru akan bisa dipanen dua tahun lagi, sehingga tahun depan pabrik didirikan dan saat panen hasil tanaman porang dari petani sudah bisa dimanfaatkan. Selama menunggu panen, petani akan dipekerjakan menanam porang dengan dibayar setiap bulannya. Petani tidak usah khawatir untuk pemasaran, sebab akan ditampung Perhutani semua. Kata Dirut Perhutani Bambang Sukmananto.
Bulan April lalu penanaman porang secara massal diresmikan Menteri BUMN Dahlan Iskan di hutan mrico kecut BKPH Cabak Kec.Jiken Kabupaten Blora yang diikuti seribu lebih petani dari puluhan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) dan dilanjutkan secara mandiri oleh petani lainnya secara berkesinambungan bersama Perhutani.
Pangsa pasar porang terbesar adalah Jepang. Umbi inilah yang diolah menjadi tepung, kemudian dijadikan penganan khas Jepang seperti konyaku dan shirataki. Konyaku adalah sejenis jelly yang kaya akan serat. Sedangkan shirataki adalah mi tipis transparan, yang dibuat dari konyaku. Meski menjadi penganan khas Jepang, bahan baku berupa umbi porang didatangkan dari Indonesia.
Kini, permintaan terhadap umbi porang terus meningkat. Tak heran jika muncul beberapa eksportir baru. Mereka tidak menetapkan persyaratan terlalu ketat, kecuali harus kering dan bersih dari cendawan (jamur).
Perkembangbiakan Porang
Perkembangbiakan tanaman Porang dapat dilakukan dengan cara generatif maupun vegetatif. Secara umum perkembangbiakan tanaman Porang dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu antara lain:
1. Perkembangbiakan dengan Katak
Dalam 1 kg Katak berisi sekitar 100 butir katak. Katak ini pada masa panen dikumpulkan kemudian disimpan sehingga bila memasuki musim hujan bisa langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan. Pada setiap pertemuan batang porang akan tumbuh bintil berwarna coklat kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan tanaman porang, inilah yang disebutkatak.
2. Perkembangbiakan dengan Biji/Buah
Tanaman Porang pada setiap kurun waktu empat tahun akan menghasilkan bunga yang kemudian menjadi buah atau biji. Dalam satu tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat digunakan sebagai bibit Porang dengan cara disemaikan terlebih dahulu.
3. Perkembangbiakan dengan Umbi
- Dengan umbi yang kecil, ini diperoleh dari hasil pengurangan tanaman yang sudah terlalu rapat sehingga perlu untuk dikurangi. Hasil pengurangan ini dikumpulkan yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bibit.
- Dengan umbi yang besar, ini dilakukan dengan cara umbi yang besar tersebut dipecah-pecah sesuai dengan selera selanjutnya ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
Syarat Tumbuh Porang
Tanaman Porang pada umumnya dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja, namun demikian agar usaha budidaya tanaman Porang dapat berhasil dengan baik perlu diketahui hal-hal yang merupakan syarat-syarat tumbuh tanaman Porang, terutama yang menyangkut iklim dan keadaan tanahnya. Beberapa syarat yang diperlukan tersebut antara lain:
1. Keadaan Iklim
Tanaman Porang mempunyai sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat teduh (tahan tempat teduh). Tanaman Porang membutuhkan cahaya maksimum hanya sampai 40%. Tanaman Porang dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 700 M dpl. Namun yang paling bagus pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 – 600 M dpl.
2. Keadaan Tanah
Untuk hasil yang baik, tanaman Porang menghendaki tanah yang gembur/ subur serta tidak becek (tergenang air). Derajat keasaman tanah yang ideal adalah antara PH 6 – 7 serta pada kondisi jenis tanah apa saja.
3. Kondisi Lingkungan
Naungan yang ideal untuk tanaman Porang adalah jenis Jati, Mahoni Sono, dan lain-lain, yang pokok ada naungan serta terhindar dari kebakaran. Tingkat kerapatan naungan minimal 40% sehingga semakin rapat semakin baik.
Untuk masa panen, tanaman porang dapat dilakukan setelah berumur 3 tahun (3 kali pertumbuhan). Dan untuk harga saat ini sekitar Rp. 800,-/kg dalam keadaan basah. Sementara apabila dijual dalam bentuk irisan keripik yang kering dapat dijual dengan harga Rp.9.000,-/Kg. Apabila kita mampu menjualnya langsung ke pihak investor dari pihak asing kita akan dihargai sekitar USD 18/Kg. Dalam setiap pohon dapat memanen hasil sebanyak 2 Kg umbi, dan dalam setiap hektarnya dapat diperoleh 12 ton atau sekitar 1,5 ton kering.
Itulah tadi sedikit tentang pembudidayaan porang, silahkan mencoba semoga sukses. (rs-infoBlora)